Bangsa Sumeria memiliki tempat yang unik dalam sejarah: Mereka adalah inisiator sejarah ! Mayoritas mitologi di kemudian hari di wilayah ini bersumber dari mitologi Sumeria. Mari kita mulai dengan mitos Babilonia:

Dewa dan dewi Mesopotamia dikenal dari literatur orang Sumeria , bahasa tertulis tertua di planet kita. Kisah-kisah itu ditulis oleh para administrator kota yang pekerjaannya melibatkan pemeliharaan agama, bersama dengan pemeliharaan perdagangan dan perdagangan. Sepertinya cerita yang pertama kali ditulis sekitar 3500 SM mencerminkan tradisi lisan yang lebih tua, sebenarnya, adalah versi tertulis dari lagu-lagu kuno atau tilawah. Berapa usia spekulasi.

Mesopotamia adalah peradaban kuno yang terletak di antara Sungai Tigris dan Sungai Efrat. Sekarang, daerah ini dikenal sebagai Irak . Mitologi inti Mesopotamia adalah campuran sihir dan hiburan, dengan kata-kata bijak, pujian untuk pahlawan atau raja individu , dan dongeng magis. Para ahli percaya bahwa tulisan pertama mitos dan epos Mesopotamia adalah alat bantu mnemonik untuk membantu pembaca mengingat bagian-bagian penting dari sebuah cerita. Seluruh mitos tidak ditulis sampai milenium ketiga SM ketika mereka menjadi bagian dari kurikulum sekolah juru tulis Sumeria. Pada zaman Babilonia Kuno (sekitar 2000 SM), para siswa secara tidak sengaja telah membuat banyak salinan teks inti mitos tersebut.


Daftar Mitologi Babilonia 

Banyak dari teks-teks yang mengandung mitologi Babilonia ditulis oleh juru tulis Asyur. Teks-teks tersebut ditemukan di perpustakaan Ashurbanipal. Menurut Prof Sydney Smith, jelas bahwa para ahli juru tulis Asyur terlibat dalam mengubah literatur yang mereka pinjam dari Babilonia, dan kemudian mereka mengubahnya dari gaya Dinasti Pertama Babilonia ke bentuk yang kita temukan di perpustakaan Ashurbanipal. Adalah sangat penting untuk mengetahui bahwa semua entitas tertinggi Asyur juga disembah di Babel. Festival agama Asyur juga dirayakan pada waktu yang sama dan dengan cara yang sama di Babilonia. Namun tetap ada sedikit mitos dan legenda yang eksklusif milik Asyur. Legenda Sargon dari Agade adalah salah satunya. Tapi mitos yang akan kita ringkas di sini berasal dari Babilonia, dan mewakili transformasi Semitik dari bahan sebelumnya Sumeria.

Dumuzi Dan Inanna Lagi, Tapi Berbeda Nama: Tammuz Dan Ishtar

Mitos pertama yang akan saya ringkas di sini adalah versi Babilonia dari mitos Dumuzi dan Inanna yang pernah kita temui sebelumnya di Mitos-mitos Sumeria. Tapi dalam versi Babilonia Dumuzi telah berubah menjadi Tammuz dan Inanna menjadi Ishtar. Akan terlihat disini bahwa karena proses pengembangan mitos ini dari Sumeria ke Asyur dan melalui budaya yang berbeda, kisah turunnya Tammuz ke dunia bawah – telah dianggap penting dan menjadi terkait dengan kematian dan kelahiran kembali vegetasi. Kemudian, kematian Tammuz dan perkabungan baginya adalah ditekankan dengan mengorbankan fitur lain dari mitos (Dalam Yehezkiel 8:14 ada referensi untuk para wanita Israel menangis untuk Tammuz.). Versi Yunani dari cerita ini adalah mitos Venus dan Adonis.


Penciptaan Babilonia Gaya: “Enuma Elish”, Marduk, Dan Tiamat – Setan Pertama Dalam Sejarah Mitologi

Mitos kedua adalah mitos penciptaan. Mitos penciptaan versi Babel terkait dengan festival tahun baru Babilonia Besar, atau festival Akitu. Hal ini dapat kita temukan dalam puisi atau nyanyian yang dikenal sebagai : Enuma Elish. Dewa Babel, Marduk, adalah aktor utama dalam mitos ini. Marduk membunuh Tiamat, mengamankan ‘tablet nasib’, dan melakukan berbagai tindakan kreatif yang dijelaskan dalam puisi itu. Dalam Enuma Elish bentuk Asiria (ditemukan pada penggalian ibukota lama kekaisaran Asyur, Ashur) Marduk digantikan oleh Ashur, kepala para dewa di Asyur / Asyria. Mitos penciptaan versi Asyur/ Asyria adalah ada dalam dalam bentuk 7 tablet tanah liat.

  1. Tablet satu: Pada mulanya hanya hanya ada Apsu (samudera air tawar) dan Tiamat (samudera air asin). Dari penyatuan kedua dewa ini terbentuklah segala yang ada. Pasangan pertama Lahmu dan Lahamu diinterpretasikan sebagai endapan lumpur yang tersimpan di persimpangan laut dan sungai. [Kali ini para dewa juga berasal dari lumpur (!)] Dari pasangan pertama ini lahirlah Anshar dan Kishar (diinterpretasikan sebagai cakrawala melingkar dari langit dan bumi). Anshar dan Kishar melahirkan Anu (langit) dan Nudimmud atau Ea (Dewa Bumi dan Air). Ea kemudian melahirkan Marduk yang cantik dan sangat kuat. Kemudian kita memiliki semua kisah konflik antara dewa-dewa purba dan yang mereka peranakkan. Apsu hancur. Tiamat menciptakan segerombolan makhluk dan menempatkan Kingu, ciptaannya yang paling pertama, untuk mengepalai kerajaannya dan mempersiapkannya untuk membalaskan dendam atas kematian Apsu. Tiamat mengambil langkah-langkah untuk menghancurkan Anu dan rekan-rekannya.
  2. Tablet dua: Majelis para dewa menerima berita tentang serangan yang akan datang. Mereka mengirim Dewa Anu yang diperlengkapi dengan  kewenangan untuk mengurungkan Tiamat dari tujuannya, tapi Anu pulang dengan kegagalan. Kemudian Dewa Anshar berdiri dan mengusulkan Marduk untuk tugas tersebut.
  3. Tablet tiga: Sebuah pesta diselenggarakan oleh para dewa dimana akhirnya Marduk secara resmi diserahi tugas dan otoritas yang ia minta.
  4. Tablet empat: Marduk bertahta sebagai raja; Dia menantang Tiamat, dan memenangkan peperangan itu.
  5. Tablet lima: Marduk mulai menatas alam semesta.
  6. Tablet enam: Marduk menyatakan niatnya untuk menciptakan manusia dengan tujuan untuk melayani para dewa. Sang pemimpin pemberontakan, Kingu, harus mati sehingga darinya umat manusia akan tercipta. Kingu dibunuh dan dari darahnya umat manusia dibuat untuk melayani para dewa, ‘untuk membebaskan para dewa’, yaitu, untuk melakukan tugas-tugas kasar dalam ritual-ritual kuil dan untuk menyediakan makanan bagi para dewa. 
  7. Tablet tujuh : Pujian kepada Marduk dan para dewa lain

Manusia diciptakan dari tanah di Sumeria dan kemudian dengan darah. Ada percampuran dalam hal ini. Unsur-unsur mitologi Sumeria sangat jelas terdeteksi mendasari mitos-mitos ini. Unsur-unsur Sumeria ini tersebar di sejumlah mitos dan dipadukan dalam kesatuan yang koheren.Unsur-unsur mitologi Sumeria sangat jelas terdeteksi mendasari mitos-mitos ini. Unsur-unsur Sumeria ini tersebar di sejumlah mitos dan dipadukan dalam kesatuan yang koheren.

Baca Juga:  Mitologi Bangsa Mesir Kuno
http://lettherebelight.yolasite.com/resources/7Tablets.jpg?timestamp=1321114814888
7 tablet tanah liat Enuma Elish

Mitos-mitos Assyro-babilonia Lainnya; Gilgames Mencari Keabadian 

Mitos banjir – Epos Gilgamesh: Mitos Sumeria ini telah dikembangkan dalam versi Babilonia dan tertanam dalam epik Gilgamesh. Sebuah aspek yang sangat penting dari mitologi Semit, yang tidak ada di mitos Sumeria, yakni masalah adanya kematian dan penyakit, dan pencarian akan keabadian. Teman Gilgames adalah Enkidu, yang diciptakan oleh Dewi Aruru dari tanah liat. Enkidu adalah seorang makhluk manusia liar dari padang rumput, dengan kekuatan yang luar biasa. Karena Gilgames harus mencoba kekuatannya melawan Enkidu, dia bersiasat mengirimkan seorang pelacur dari kuil untuk menggoda Enkidu. Enkidu berahi terhadapnya. Tujuh hari mereka meluapkan gejolak birahi. Melihat itu Gilgames senang dan mengajar Enkidu bertarung. Namun tak seorangpun mampu menang atas yang lain, bahkan keduanya akhirnya berteman. 

http://lettherebelight.yolasite.com/resources/GilgameshTablet.jpg?timestamp=1321114939473
Tabet Gilgamesh

Kemudian Enkidu meninggal. Gilgames terganggu oleh kesadaran bahwa ia sendiri juga harus mati. Satu-satunya manusia yang ia ketahui memiliki kemampuan lolos dari kematian dan meraih keabadian adalah nenek moyangnya, Utnapishtim (setara dengan Ziusudra dalam mitologi Babilonia), pahlawan Sumeria dari banjir global. Gilgames memutuskan untuk mencari nenek moyangnya untuk menemukan rahasia keabadian. Setelah menempuh banyak bahaya akhirnya ia berhasil menemui Utnapishtim, yang memberitahunya bahwa dewa-dewa telah menyimpan rahasia kematian dan kehidupan untuk diri mereka sendiri. 

Ketika Gilgames mengutarakan kepadanya tujuan kedatangannya untuk mendapatkan keabadian, Utnapishtim menceritakan kepadanya kisah tentang banjir global: Dirinya (Utnapsihtim) adalah lelaki dari kota Shuruppak (kota paling kuno dari kota-kota Akkad). Dewa Ea mengungkapkan kepadanya melalui dinding gubuk dari buluh bahwa para dewa telah memutuskan untuk menghancurkan semua kehidupan dengan banjir besar. Ea menginstruksikan Utnapishtim untuk membangun sebuah kapal di mana dia harus membawa ‘benih-benih dari semua makhluk hidup’. Dimensi dan bentuk kapal diberikan juga kepadanya. Sesuai dengan instruksi tersebut  kapal itu berbentuk sempurna. Badai mengamuk (…) selama enam hari dan enam malam. Pada hari ketujuh badai mereda. Kapal tersebut mendarat di gunung Nisir. Utnapishtim menunggu selama tujuh hari, kemudian ia mengirim seekor merpati. Sang merpati itu datang kembali. Kemudian ia mengirimkan burung layang-layang. Burung itupun kembali. Akhirnya dia mengirimkan burung gagak, dan ia tidak kembali. Setelah itu ia mengeluarkan semua binatang yang ada di kapal ke alam. Ia membuat kurban persembahan. Bau pembakaran kurban itu menarik para dewa. Enlil senang, dan menganugerahkan keabadian pada Utnapishtim dan istrinya.

http://lettherebelight.yolasite.com/resources/Flood%20survivor.jpg?timestamp=1321115133092
Utnaphistim menceritakan pada Gilgamesh tentang Banjir Besar itu

Epos Gilgames, yang sebagian darinya adalah tentang mitos banjir besar, secara keseluruhan mewujudkan mitos-mitos awal Sumeria dan Akkadia dan cerita-cerita rakyat. Apa yang mendasari epos Gilgamesh secara keseluruhan adalah tema membentuk landasan dari beberapa mitos  Akkadian lainnya, misalnya kesedihan mendalam yang dirasakan oleh roh manusia dihadapan fakta kematian dan hilangnya keabadian. (Tema ini tidak hanya khusus Timur Tengah, ini adalah tema universal eksistensi  manusia,. Ada kerinduan untuk keabadian, dan tentu saja ada berbagai macam skema licik tentang sebagian manusia yang mengeksloitir manusia lain, dan aspirasi mereka yang jadi korban para manusia licik itu. Sebagai konsekuensinya  menjadi ‘hamba’ dalam kerajaannya sendiri, dan mahluk yg dibayangkan itu menjadi tuhannya).

Kita juga menemukan mitos banjir di tulisan-tulisan tertua Veda, Brahmana, di Stapatha-Brahmana. Jadi, kita diperhadapkan lagi dengan pertanyaan membingungkan: Siapa mendapatkan apa dari siapa? Beberapa sarjana berpendapat bahwa para pedagang India yang membawa karakter Semit ke tanah air mereka dan juga memperkenalkan legenda Semit. Tetapi yang lain menunjukkan bahwa mitos banjir global mungkin datang ke Mesopotamia dari India.

http://lettherebelight.yolasite.com/resources/floodstory_tablet.jpg?timestamp=1321115285863
Sebuah tablet lain yang menceritakan tentang Banjir Besar

Adapa – Si Idiot Yang Menolak Keabadian 

Mitos Adapa – Mitos ini mungkin sangat populer di luar batas Mesopotamia. Sebuah fragmen yang menceritakan hal yang sama ditemukan di antara arsip-arsip Amarna di Mesir. Adapa adalah pahlawan dalam mitos ini. Ebeling, seorang Assyrologist (ahli kebudayaan Syria kuno) menyamakan Adapa dengan nama Adam  dalam keyakinan Ibrani. Jika demikian, maka mitos ini adalah tentang manusia pertama. 

Menurut mitos, Adapa adalah putra Ea, dewa kebijaksanaan. Ea telah menciptakannya sebagai “model manusia”.  Ia memberinya  kebijaksanaan tapi tidak memberinya kehidupan abadi. Salah satu tugasnya adalah untuk menyediakan ikan di meja hidangan para dewa. Suatu hari ketika ia sedang memancing, angin selatan bertiup dan perahunya terbalik. Dalam kemarahan, ia memecahkan sayap angin selatan sehingga tidak ia tak mampu bertiup selama tujuh hari. Anu, sang dewa tertinggi mengamati hal ini. Kemudia ia memerintahkan agar Adapa dibawa kehadapannya. Adapa menerima saran dari ayahnya Ea, dan bertindak tepat seperti yang diperintahkan. Ketika Ea menawarkan roti dan air, ia menolak (tepat seperti yang Ea, ayahnya, peringatkan). Namun ternyata roti dan air itu bukanlah roti dan air kematian (racun), melainkan roti dan air kehidupan karena Anu, sang dewa tertinggi, mungkin menganggap dia seorang yang baik dan akan memberikan keabadian padanya. Namun ketika Adapa ditawarkan baju dan minyak urapan, ia menerimanya. Dewa Anu bertanya mengapa Adapa bertindak begitu aneh, Adapa mengatakan kepada Anu bahwa ia bertindak atas nasihat ayahnya. Kemudian Anu memberitahu Adapa bahwa ia sebenarnya telah menolak karunia keabadian (Semua para pencari keabadian akan berduka atas kehilangan itu. Dan sekarang Adapa malah menolak. keabadian itu). 

Anu mengirimkan Adapa kembali ke bumi dengan keistimewaan dan keterbatasan tertentu. Adapa dibebaskan dari kewajiban feodal, martabat khusus dianugerahkan kepadanya ssebagai seorang imam, namun kesialan dan penyakit akan menjadi bagian dari umat manusia (dan Adapa adalah pelakunya), namun semua itu akan mereda oleh pelayanannya kepada Ninkarrak, Dewi Kesembuhan. Jadi dewa telah kembali menyimpan keabadian hanya untuk mereka sendiri. 

Baca Juga:  Penciptaan Alam Semesta Menurut Mitologi Bangsa Sumeria

Orang Pertama Yang Naik Ke Langit : Cerita Etana dan Elang 

Mitos Etana dan Elang – Karena sejarah dimulai di Sumeria, maka orang pertama yang naik ke surga dalam sejarah mitologi pastilah Etana. Dalam catatan daftar raja Sumeria, dinasti pertama setelah banjir adalah dinasti legendaris Kish. Raja ketiga belas dinasiti Kish adalah Etana Sang Gembala. Ia naik ke surga di belakang punggung elang. Pada sebuah gambar di awal kisah itu tergambar Etana sedang naik di punggung elang, sementara domba sedang merumput dan dua anjing memandang ke arah sosok yang sedang naik. Dalam pembukaan mitos, ada deskripsi tentang keadaan manusia setelah air bah. Umat manusia tanpa bimbingan seorang raja. Para dewa di ‘atas sana’ memutuskan bahwa Etana harus ditunjuk sebagai raja. Dalam rangka untuk mengamankan keabadian sebuah dinasti, seorang raja harus memiliki ahli waris. Tapi Etana tidak memiliki anak. Etana membuat persembahan korban untuk Shamash ( Dewa Matahari dalam mitologi Akkadia), dan memohon kepadanya untuk memberikan ahli waris. Shamash memberitahu dia untuk menyeberangi gunung, di sana ia akan menemukan lubang di mana terdapat seekor elang yang sedang dipenjara, ia harus membebaskan elang tersebut dan elang itu akan membawanya ke Tanaman Kelahiran  (tanaman ini akan memberikan dia seorang ahli waris). Kemudian dalam mitos itu sang elang membawa Etana sampai ke takhta Ishtar… dst.  Karena daftar para raja itu memperlihatkan nama putra dan penerus Etana, maka mitos itu pasti memiliki akhir yang beruntung.

Mitologi Ugaritik

Pada tahun 1928 di Ras Shamra ditemukan beberapa tablet tanah liat. Ras Shamra adalah situs dimana dulunya Ugaris, sebuah kota kuno di utara Syria, dimana kota Ugarit ini juga disebutkan dalam catatan Mesir, Babilonia dan Het. Di antara tablet ini terdapat kelompok tablet yang ditulis dalam aksara baji  cuneiform, yang asing bagi para ahli aksara tersebut. Aksara ini dipercaya sebagai alfabet. (Harus diingat bahwa pada jaman dulu, sebuah kata disimbolkan dengan sebuah gambar, ini disebut piktograf. Dalam bahasa penulisan berbasis piktograf tidak ada alfabet, yang ada hanyalah simbol-simbol, gambar burung berarti burung, gambar manusia berarti manusia, tidak ada abjad, vokal dan konsonan- Penerjemah) Alfabet ini terdiri dari 28 abjad. Bahasa ini nampaknya dekat dengan bahasa Semitik barat, dan paralel dengan bahasa Ibrani -Arabik, Aramaik dan Ibrani. Banyak kata dalam bahasa ini paralel dengan bahasa Ibrani. Sedangkan dalam bahasa Ibrani, penulisannya seperti dalam bahasa Arab, tidak ada vokal, sehingga sukar sekali membaca tulisan Ibrani kuno. Ada sebuah kitab dalam bentuk aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani. Para ahli mencoba untuk memahami versi aslinya ini dengan membandingkannya dengan versi berbahasa Yunani yg lebih mudah dipahami. 

Karena adanya sistem vokal dalam bahasa Ugaritik, maka banyak nama kota dapat dibaca.  Dan karena keyakinan dan mitos Kanaan ditulis dalam teks Ugaritik, maka memahami beberapa kisah dan keyakinan relijius dalam sebuah kitab menjadi memungkinkan. Bahasa ini sekarang disebut bahasa Ugaritik. Referensi dalam tablet memungkinkan kita untuk melacak penanggalannya ke abad ke-14 SM. Namun  mitos Kanaan dan legenda yang terkandung di dalamnya tidak diragukan lagi jauh lebih awal lagi dalam bentuk asalnya.

Mitos-mitos dan legenda Kanaan jatuh ke dalam tiga kelompok:

Mitos-mitos Baal

Kelompok terbesar dari mitos ini berkaitan dengan petualangan dan eksploitasi Dewa Baal dan hubungan dengan anggota-anggota lain dari panteon Kanaan. Nama dewa dan dewi yang akrab bagi kita dari sebuah kitab. Juga, potongan-potongan dari mitologi Ugaritik dapat ditemukan dalam puisi Ibrani.

Kelompok kedua terdiri tablet Epos Keret. Puisi itu mungkin memiliki dasar sejarahnya – sebagaimana halnya dengan Epos Gilgames. Tetapi unsur-unsur mitologis dan legendanya sudah sulit dibedakan dari sejarahnya. Ini tentu saja merupakan bagian dari mitologi Kanaan.

Kelompok ketiga terdiri dari kisah atau legenda Aqhat, putra Danel – Raja Kanaan legendaris lainnya. Kisah ini memiliki material mitos yang luas. Di sini kita akan meringkas mitos Baal, karena ini relevan dengan subjek kita dan  dan jika dirasakan ada kebutuhan untuk mengingatkan kita akan mitos Ugaritik lain, kita akan melakukannya di bawah judul yang sesuai.

Mitos dewa tertinggi El (Dewa Lembu)

Mitos Baal dan Air – Tokoh dalam mitos ini adalah dewa tertinggi El (Dewa Lembu), bapak dari para dewa. Ia berdiam di tanah El, di sumber sungai-sungai. Anak Dewa El adalah Baal, Dewa Kesuburan, yang sering disebut sebagai si ‘pengendara awan. ” Sebagai dewa petir dan guntur dia kadang-kadang disebut Hadad. Kemudian juga ada dewa laut dan sungai, Yam-Nahar. Ada perseteruan antara Baal dan Yam-Nahar. El menyukai Yam-Nahar dan Baal memberontak melawan ayahnya, El. 

Tokoh lainnya adalah, Dewa Para Pengrajin, Dewa Kothar-u-Khasis; Shapash, Dewi Matahari (bentuk Ugaritik dari Shamash Akkadia) sering disebut obor para dewa, Asytoret, istri El dan ibu dari para dewa; Asyera, Dewi Laut, yang mengingini takhta Baal untuk Asytar anaknya, dan Anath, adik Baal. Mitos Baal ini diambil alih oleh mitologi Ibrani dan Baal nampaknya bertransformasi menjadi YHVH, ketika mereka menetap di Kanaan. Yam-Nahar mewakili aspek-aspek yang tidak ramah dari laut dan sungai, sementara Baal adalah aspek dermawan sebagai hujan. Dalam bentuk lain mitos  kemenangan Baal atas kekuatan gangguan dan kekacauan digambarkan dalam kisah pembunuhan Lotan, naga berkepala tujuh (lagi-lagi  nomor tujuh yang muncul). Ketika kita mulai berurusan dengan mitologi Ibrani kita harus berurusan dengan detail mitos-mitos, namun  untuk saat ini hanya mencatat nama-nama, dan peristiwanya saja.

Pembantaian musuh-musuh Baal oleh Dewi Anat – Mitos ini tampaknya dihubungkan dengan kemenangan Baal atas Yam Nahar dan membawa gema mitos dari Mesir tentang kehancuran umat manusia oleh Hathor. Dewi Anath, adik dari dewa Baal, mengadakan sebuah pesta besar untuk merayakan penaklukan Baal atas Yam-Nahar. Pesta tersebut akan diadakan di Zaphon gunung, gunung para dewa di ‘sisi utara’ (ke utara). Gunung Zaphon disebutkan dalam puisi Ibrani sebagai tempat tinggal yang ilahi (Mazmur 48:2). Pada perjamuan itu Anath menutup pintu-pintu istana dan membunuh semua musuh Baal. Pada akhir pembantaian dia menceburkan diri dalam darah sampai ke lutut (detil kejadian yang terakhir ini juga terjadi dalam kisah pembantaian Hathor atas musuh-musuh dewa Ra).

Baca Juga:  Cerita Air Bah Bangsa Sumeria

Dewi Asherrah Menunggangi Keledainya 

Istana bagi Dewa Baal

Menurut mitologi Babilonia, ketika Marduk membunuh Tiamat, para dewa membangun sebuah kuil / istana baginya di  Esagila / Esangila (apakah kata “Sanghrila” diambil dari kata Esangila ini, melihat kemiripan pelafalannya?). Demikian pula setelah kemenangan Dewa Baal atas Yam-Nahar, ia mengeluh bahwa dia tidak memiliki istana seperti dewa-dewa lainnya. Baal dan adik perempuannya, Anath, memohon pada Dewi Asyerah, Dewi Laut untuk memohonkan pada El dan mendapatkan izin  darinya untuk membangun rumah Baal. Asherah menunggangi pelana keledainya dan berjalan  ke utara ke Gunung Zaphon, ke istana El. 

(Tunggu……. apa ? keledai? Seorang Dewi menunggangi keledai? Ini keterlaluan. Setelah hampir 6000 tahun peradaban datang dan berlalu, tidakkah anda rasakan kejanggalan ini? Bayangkan seorang dewi menunggangi keledai dan mengembara ke utara? Ya, pada jaman dahulu para dewa-dewi dibayangkan sebagai entitas yang menyerupai manusia dan mahluk yang hidup di bumi ini dengan hazat hidup kesehariannya. Kemudian semua entitas yang unggul itu (yang tentu saja diciptakan oleh imajinasi manusia) yang tadinya hidup di antara umat manusia, ditinggikan, meninggalkan ranah dunia,  naik ke langit, dan Anda pasti tahu sisa cerita; mitologi berakhir dengan pencipta realitas tertinggi yang maha kuasa. Lihatlah kisah-kisah di sebuah kitab dimana tuhan/dewa dicitrakan sebagai yang memimpin sidang para dewa, yang kemudian para dewa yang inferior ini dijadikan para malaikatnya?   Jangan pernah lupakan bagaimana Dewi Asyerah menunggangi keledainya ke utara ke gunung Zaphon. Ini semua bermula dari mitos-mitos yang diciptakan oleh bangsa Sumeria. Jangan lupakan Lu-dingir-ra yang telah dengan jujur menuliskan ketidakpercayaannya tentang kisah-kisah itu ribuan tahun yang lalu. Jangan lupakan kemajuan intelektual manusia sejak saat itu, yang sampai sekarang telah merentang masa 6000 tahun ! Sebab jika kita lupa, kita tidak memiliki pilihan lain selain menemukan diri kita dalam posisi yang sama dengan keledai Dewi Asyerah, kita ditunggangi dengan dewa-dewi, tuhan dan awloh yang juga sebenarnya adalah kreasi dari manusia sendiri !) 

Singkat cerita, akhirnya Dewi Asherah  memperoleh izin dari El bagi pembangunan kuil / Istana Baal. Setelah pembangunan istana itu selesai,  Baal merayakannya bersama dengan saudara-saudaranya dan tujuh anak-anak Dewi Asyerah (lagi-lagi kita temui angka tujuh !). Pada pesta itu Baal menyatakan supremasinya dan menyatakan bahwa ia tidak akan mengirim upeti kepada Dewa Mot, dewa ketandusan dan dunia bawah / dunia kematian. Episode berikutnya dari mitos ini adalah semua tentang konflik antara Baal dan Mot ini melambangkan konflik baru ancaman yang ditimbulkan oleh perambahan padang tandus -. dipersonifikasikan oleh Mot – di atas bumi yang subur . (Telah sering diduga kemungkinan hubungan antar nama dewa ‘Mot’ dengan kata ‘mot‘  dalam bahasa Ibrani yang berarti ‘kematian’. Menurut beberapa sarjana, klausa terakhir ayat dalam Mazmur 48 (Authorized Version) berisi referensi untuk Mot. Mereka mengatakan bahwa klausa “Dia yang akan memimpin kita, sampai pada kematian”, seharusnya dibaca , ‘Dia akan memimpin kita melawan Mot.’ 


Baal dan Mot  : 

Baal menolak membayar upeti kepada Mot. Utusan Baal untuk Mot kembali dengan pesan ancaman. Baal ketakutan akan balasan dan mengirimkan kembali sebuah jawaban sederhana. Kemudian diceritakan bahwa utusan itu tiba di istana El dan mengumumkan bahwa mereka telah menemukan Baal terbaring mati. Penyebab kematiannya tidak diberitahu. Mendengar berita itu Dewa El turun dari singgasananya dan duduk di tanah, menuangkan debu pada kepalanya, memakai kain kabung (Bangsa Yahudi melakukan hal yang sama ketika mereka berada dalam situasi yang sama) dan melukai pipinya dengan batu. Ia mengucapkan ratapan atas Baal. Anat pergi mengembara mencari kakaknya, dan setelah menemukan tubuhnya, dengan bantuan Shapash (setara dengan dewa Shammas, dewa Matahari  bangsa Akkadia dari Ugarit), dia membawa tubuh itu ke gunung Zaphon, menguburnya, dan membuat pesta pemakaman besar sebagai penghormatan kepadanya. Dapat disimpulkan bahwa ketidakhadiran Baal di Bumi berlangsung selama tujuh tahun, tahun-tahun kekeringan dan kelaparan (lagi-lagi nomor tujuh). Kemudian Anath menangkap Mot, dan membunuhnya .. Pada akhir dari mitos itu Baal mendapatkan kembali tahtanya, Mot tampaknya telah hidup kembali juga. Ada perjuangan yang hebat, maka semacam rekonsiliasi terjadi, Baal kembali pada kekuasaannya dan memberikan penghargaan kepada para pendukungnya.


Anat dan Kerbau : 

Dalam mitos ini Anath mencari tahu dimana Baal dapat ditemukan. Seseorang memberitahu bahwa Baal sedang berburu. Anat  mengikuti Baal dan ketika Baal menemuinya, Baal jatuh cinta padanya. Anat bercinta dengan Baal dalam bentuk sapi betina. Pada akhirnya Anath memberitahu Baal bahwa “Seekor sapi liar lahir untuk Baal, kerbau bagi  pengendara dari awan”. Baal bersukacita. Mitos mencerminkan pernikahan kakak dan adik yang merupakan aturan di Mesir bagi para Firaun. Mitos Yunani Zeus dan Io mungkin memiliki akarnya dalam mitos Kanaan ini.

Kota Ugarit terletak dalam lingkup pengaruh baik dari Asyur maupun peradaban Mesir, dan mitos Kanaan utara ini menunjukkan tanda-tanda yang jelas mitologi baik dari Akkadia maupun Mesir. Namun mitologi Babilonia memiliki pengaruh dominan. Mitologi Kanaan pasti telah menanamkan jejak yang nyata dalam puisi dan mitologi Ibrani.