Paris adalah pemukiman penting selama lebih dari dua millennium. Sampai kini, Paris menjadi salah satu pusat budaya terdepan di dunia dan pusat politik, pendidikan, hiburan, media, fesyen, sains, dan seni. Hal ini tercermin dari bangunan-bangunan dan arsitekturnya.

Sejarah kota paris dimulai pada 4200 SM. Saat itu, sub-suku Senones Kelt yang dikenal sebagai kaum pedagang tinggal di sekitar sungai Seine sejak 250 SM. Sebelumnya, kota paris bernama Letuce. Kemudian tahun 400 SM ditinggalkan oleh penghuninya sehingga hanya berupa kota garnisun kecil di dalam pulau tengah berbenteng tak beraturan. Lalu setelah akhir dari kekaisaran Romawi, nama kota ini diubah menjadi Paris.

Sekitar tahun 500M, Paris menjadi pusat kerajaan Frank, yang dipimpin Raja Clovis I. Ia membangun katedral dan biara pertama untuk keturunannya, lalu menjadi santo pelindung kota dan diberi gelar Sainte Genevieve. Sejak raja Clovis meninggal, kerajaan Frank dan Paris menjadi ibu kota negara berdaulat yang kecil. Bangsawan Paris pun mulai membuka diri dan kembali memagang kekuasaan besar sejak Raja Francia Occidentalis terpilih menjadi raja. Karena tersohor, ia berhasil mempertahankan Paris selama pengepungan Viking (885-886).

Meskipun Pulau Cite (salah satu dari dua pulau di Paris) selamat dari serangan Viking sebagian kota tepi kiri hancur. Setelah mengeringkan rawa di utara pulau, bagian kota yang hancur tidak dibangun lagi. Paris memilih untuk memperluas diri ke tepi kanan. Pada 987 M, ada seorang bangsawan Prancis yang terpilh menjadi Raja Prancis yaitu Hugh Capet. Ia mendirikan Dinasti Capet dan mengangkat Paris sebagai ibu kota Prancis.

Baca Juga:  Liburan di Paris kota paling romantis dan pusat mode dunia

Pembangunan kota Paris mulai mengalami perubahan berarti pada masa pemerintahan Philip Augustus pada 1190. Ia membagi paris menjadi dua bagian yaitu Tepi Kiri dan Tepi Kanan. Ia menutup Paris dengan dinding pembatas dan Louvre sebagai banteng barat. Raja Philip Augustus membuka Universitas Paris pada tahun 1200 dan menarik pelajar dari seluruh Eropa. Selama periode ini, kota Paris membangun aktivitas yang tersebar secara luas. Tepi kiri kota menjadi pusat pendidikan dengan banyak berdiri universitas dan perguruan tinggi. Sementara Tepi Kanan berkembang menjadi pusat perdagangan di Les Halles yang merupakan pasar sentral.

Namun ketika diserang Burgundia (sekutu Inggris), Prancis dan Inggris sempat berperang selama 116 tahun (1337-1452). Perang ini kebanyakan terjadi di Prancis. Saat itu, Paris sempat kehilangan posisinya sebagai ibu kota Prancis. Namun, Paris memperoleh predikatnya kembali ketika Charles VII mengklaim kembali kota ini pada 1437. Meskipun Paris kembali menjadi ibu kota, kerajaan ditempatkan di kastil Lembah Loire.

Bertahun-tahun kemudian, terjadi perang agama di Prancis dan pembantaian Hari St. Bartholomew pada 1572. Perang ini mengakibatkan raja Henry IV mendirikan kembali istana kerajaan di Paris dan berpindah agama menjadi Katolik Roma. Tetapi, ketika masa Raja Louis XIV (1682) istana kerajaan dipindahkan ke Versailles. Seabad kemudian, terjadilah revolusi Prancis di Paris dengan penyerangan Bastille pada 1789 dan penjatuhan monarki tahun 1792. Monarki absolute pemerintahan Prancis selama berabad-abad dihancurkan dalam kurun waktu 3 tahun.

Baca Juga:  Menyusuri indahnya sungai Seine yang membelah dua kota Paris

Saat itu rakyat Prancis mengalami transformasi social politik. Bentuk feodalisme, aristrokasi dan monarki mutlak diruntuhkan kelompok politik radikal sayap kiri, massa yang turun ke jalan, dan oleh masyarakat petani di pedesaan. Ide-ide lama yang berhubungan dengan tradisi dan hierarki monarki, aristocrat dan gereja Katolik digulingkan secara tiba-tiba dan digantikan oleh prinsip-prinsip baru yaitu Liberte, Egalite, Fraternite yang berarti kebebasan, persamaan, dan persaudaraan.

Kota Paris mengalami revolusi besar-besaran pada masa pemerintahan Napoleon III, yang merupakan Presiden Republik Prancis pertama (1852-1870). Napoleon kemudian mengangkat Baron Haussmann sebagai penata kota Paris. Diperkirakan, Baron Haussmann mengubah hamper 60% bangunan di Paris dan merancang ulang Place de I’Etoile yang merupakan sebuah persimpangan besar di paris. Program “Haussmannisasi” ini dirancang untuk membuat kota lebih indah dan lebih bersih.

Maka, untuk mengenang jasa Baron Haussmann, namanya diabadikan di salah satu boulevard di Paris, yaitu Boulevard Haussmann. Di jalan tersebut, ada 2 pusat pertokoan yang megah yakni Galeries Lafayette dan Printemps. Banyak gedung klasik dan megah merupakan karya restrukturisasi Baron Haussmann. Sampai sekarang, gedung-gedung tersebut masih berdiri dan terpelihara. Beberapa gedung menjadi objek wisata terkenal yang ramai dikunjungi turis dari berbagai negara.

Sebagai kota besar, Paris sudah cukup rapi dan tertata. Kota Paris terbagi menjadi 20 distrik yang disebut arrondissement. Namun sampai kini, Paris masih terus berbenah diri untuk membangun image Paris sebagai kota metropolitan, Paris  berusaha menjadi kota metropolitan yang ramah lingkungan. Paris membentuk tim yang terdiri atas para arsitektur, perencana urban, ahli geografi, dan ahli lanskap untuk memberikan visi dalam membangun Paris pada abad XXI. Tujuannya tidak hanya membangun sebuah kota metropolis ramah lingkungan, tapi juga mengintegrasikan pinggiran kota dengan pusat kota melalui perencanaan urban berskala besar dan proyek arsitektur yang indah.