Di Indonesia, orang-orang meminum teh tanpa kenal waktu, baik saat makan siang ataupun makan malam (dalam hal ini saat menyantap makanan berat). Sepertinya Indonesia merupakan peminum teh terbanyak di dunia, tapi ternyata ada negara yang lebih gemar dalam hal minum teh yaitu Turki.

Di turki, teh sepertinya sudah menjadi minuman “kebangsaan“. Namun, minum teh (teh hitam) di negara ini tidak lazim dilakukan pada saat menyantap makanan berat. Pada saat sarapan, teh merupakan minuman yang wajib disajikan. Sore hari (setelah solat Azar) juga merupakan waktu minum teh bagi orang Turki. Dan satu waktu yang tak kalah penting untuk menyajikan teh adalah setelah makan malam. Menyajikan teh pada ketiga waktu tersebut adalah salah satu rutinitas minum teh di Turki yang sepertinya telah menjadi suatu tradisi.

Orang turki juga menyajikan teh di luar ketiga waktu rutin tadi, yaitu ketika ada orang yang bertamu ke rumah, atau atas dasar keramhan pemilik toko yang menjamu pengunjung tokonya. Dalam situasi seperti ini, teh bisa disajikan dalam gelas unik berbentuk seperti bunga tulip.

Selain di rumah masyarakat Turki, teh juga selalu ada di setiap restaurant maupun rumah makan di Turki. Ketika kalian berkunjung di sebuah rumah makan ataupun Restaurant, yang pertama mereka suguhkan di depan kalian adalah segelas teh panas. Sembari menunggu menu pesanan datang, kita bisa menikmati segelas teh panas. Selain itu teh juga digunakan sebagai jamuan jika ada tamu yang berkunjung ke rumah. Teh juga selalu ada di saat ada obrolan santai bersama keluarga, biasanya teh di hidangkan bersama makanan kacang-kacangan kering (kuruyemis) ataupun kue-kue kering (kurabiye), serta makanan kue manis yang paling terkenal di turki, tak lain dan tak bukan adalah baklava.

Baca Juga:  Napak Tilas di Konstantinopel (Istanbul) - Satu Kota Dua Benua

Jika Traveller berkunjung ke toko-toko di Turki, jangan merasa aneh jika Traveller ditawari untuk minum teh. Jangan takut untuk disuruh membayar atas teh yang Traveller minum, karena itu gratis. Pemilik toko biasanya menawarkan teh pada pelanggannya, bahkan meskipun mereka tidak membeli apa-apa di toko. Bahkan kepada orang asing yang baru pertama kali datang ke toko, pemilik toko pun tak segan untuk menawarinya minum teh, tujuannya adalah untuk menunjukan keramahan warga Turki.

Jika Traveller ditawari untuk minum teh, Traveller dapat meminta kepekatan teh yang diinginkan. Jika ingin teh pekat, Traveller dapat berkata “demli olsun). Sebaliknya, jika ingin teh tidak pekat, maka Traveller dapat berkata “acik olsun“.

Biasanya orang Turki tidak cukup minum teh hanya segelas. Hal ini sepertinya disebabkan oleh bentuk gelas yang kecil, sehingga mereka cenderung tambah lagi dan lagi. Produksi teh di negara ini dimulai pada tahun-tahun awal Turki menjadi negara Republik. Kala itu banyak perkebunan teh yang berpusat di sekitar kota Rize dan perbatasan Georgia ke Trabzon, Arakli, Rize, Karadere dan Fatsa (dekat Urdu). Perkebunan teh tersebut bahkan mencapai 30 kilometer di beberapa tempat di ketinggian sekitar 1.000 meter.

Walaupun begitu populer, teh baru dikonsumsi secara luas di Turki pada abad ke-20. Awalnya teh diperkenalkan sebagai alternatif kopi, yang pasca Perang Dunia ke-I harganya sangat mahal dan langka. Belum lagi, saat Turki kehilangan wilayah teritori bagian tenggara setelah jatuhnya Kekaisaran Ottoman, kopi menjadi produk impor yang mahal. Teh lantas kian populer karena mudah ditanam di lahan-lahan domestik.

Baca Juga:  Kota Bawah Tanah Derinkuyu di Turki yang melegenda

Ada beberapa tanda dalam meminum teh. Jika Traveller masih ingin meminum teh tanpa harus meminta, dapat meletakan sendok di dalam gelas. Hal ini menandakan bahwa Traveller ingin tambah lagi. Tapi jika tidak ingin tambah lagi, letakkan sendok teh di atas gelas dengan posisi seperti jembatan. Hal ini menandakan bahwa Traveller tidak ingin menambah lagi.